Hari ini baru kusadari kalau aku kehilangan kemampuan mencium bau. Minyak kayu putih yang kuteteskan pada masker KN-95 hanya terasa dingin, terasa isis, tapi nggak ada baunya. Rasanya aneh dan lucu. Aku coba untuk menghirup minyak angin milik istriku, rasanya sama. Isis tapi nggak ada baunya. Segera siang itu mendadak dapat acara baru, mencari benda-benda di kamar ada baunya dan menguji sejauh mana indra penciumanku tidak bekerja. Ternyata sampai kentutku sendiri pun tak terasa baunya. Jadi segala jenis bau tidak dapat kurasakan.

Aku jadi berharap dengan cemas, semoga kondisi ini tidak berlangsung permanen karena ada beberapa orang yang mengalami anosmia untuk jangka panjang.

Di sisi lain, aku jadi punya pikiran iseng. Biasanya hidungku ini sensitif banget terhadap bau-bau tajam dan debu. Kalau mertuaku goreng cabem wah seperti ada hujan badai pada mukaku. Bersin-bersin nggak karuan, kadang keterusan berlangsung sampai malam hari pileknya. Biasanya begitu tahu ada yang goreng sambal, aku langsung isoman di kamar sampai proses produksi sambal selesai. Dengan kondisiku yang seperti ini, aku sebenarnya ingin menantang kemampuan superku ini dengan menunggu kesempatan mertuaku goreng sambal, nanti saat itu aku akan menghirup dalam-dalam aroma cabe yang digoreng itu. Sayangnya sampai anosmiaku berakhir, kesempatan itu tidak datang jua.

Selain indra penciuman yang cuti sementara waktu ini, aku juga merasakan ujung lidah seperti getir dan seperti habis minum air panas. Kata dokter itu awal dari kehilangan indra pengecap. Wah berabe nih.

Sementara itu kondisiku masih payah juga. Saturasi oksigen masih sekali-kali drop ke 80an, dan saat-saat seperti itu tabung oksigenlah yang jadi sahabatku. Bos masih rajin menyapa, menanyakan kondisiku dan menawarkan bantuan bila diperlukan. Teman-teman juga masih rajin menanyakan keadaan dan mendoakan aku. Gaes, doa juga salah satu kunci kekuatan dan kesembuhan kita.

No comments

Leave your comment

In reply to Some User