Pagi ini dibuka dengan kondisi yang cukup mengkawatirkan, saturasi oksigenku drop di angka 87-88% dan dada terasa sesak. Segera aku ambil Ventolin dan semprot obatnya melalui mulut menuju paru-paru. Kemudian buka keran oksigen, tusukkan selang oksigen ke hidungku sambil mengatur napas. Istriku sudah khawatir saja melihat angka segitu, karena menurut banyak masukan, kalau saturasi oksigen dibawah 90% sudah waktunya masuk IGD.
Karena hari-hari sebelumnya sudah banyak beredar bahwa rumah sakit di Jakarta mulai kepenuhan dan tidak bisa menerima pasien lagi. Pasien yang baru datang terpaksa mengantri bahkan sampai ditempatkan secara darurat di teras IGD. Merasa situasinya tidak memungkinkan untuk perawatan di rumah sakit, dan karena aku belum merasa kepayahan, maka aku menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Sepanjang hari istriku terlihat tegang dan mengajak untuk ke rumah sakit.
Untunglah, dengan bantuan tabung oksigen itu, saturasi oksigenku bisa berangsur baik. Akhirnya bisa tercapai angka 95-96%. Seharian gejala terasa semakin berat, sendi-sendi kaki dan ujung jari tangan terasa sakit, sesak, dan tenggorokan semakin sakit. Dengan semangat aku menghabiskan vitamin, obat dan suplemen ini itu, banyak sekali. Seharian kuhabiskan waktuku dengan tiduran, makan dan berobat.